Mulai:
Suatu kali Nasrudin bertanya pada Tuhan: “Tuhan, kenapa saya dikasih istri cantik?”. Dengan lembut Yang Ditanya menjawab: “Karena cantiklah kamu pilih dia!”.
Belum puas, lagi-lagi Nasrudin bergumam: “Sudah cantik, baik lagi!”.
Ini juga dijawab sama: “Itu sebabnya kamu pilih dia”.
Merasa pertanyaannya dijawab terus, lelaki baik hati ini berbisik: “Kenapa istri saya goblok sekali?”.
Ini pun dijawab lembut: “Karena gobloklah dia pilih kamu, bila ia pintar akan pilih orang lain!”.
Selain para Nabi, orang suci & kekasih Tuhan, beginilah potret keseharian manusia, mau kelebihan tetapi tidak mau menerima apalagi mengakui kekurangan. Padahal, di mana ada kelebihan di sana ada kekurangan. Bila orang biasa serakah mau yang positif serta marah dengan yang negatif, orang bijaksana lain lagi. Mereka belajar untuk selalu tersenyum pada apa saja yang terjadi. Dalam bahasa analogis, ketidaksempurnaan manusia serupa dengan burung bersayap sebelah. Hanya bisa terbang bila berpelukan. Dan lebih mudah berpelukan bila kita belajar untuk tersenyum terutama pada kekurangan-kekurangan.
Seperti alam, siang indah karena ada malam. Matahari dan bintang bekerjasama menata rapinya cakrawala . Di siang hari matahari menerangi. Di malam hari, secara rapi bintang berbaris terang benderang. Seolah mereka sedang berbisik, “bekerja samalah saling melengkapi karena di sana letak rahasia kesempurnaan – hidup.”
Belum puas, lagi-lagi Nasrudin bergumam: “Sudah cantik, baik lagi!”.
Ini juga dijawab sama: “Itu sebabnya kamu pilih dia”.
Merasa pertanyaannya dijawab terus, lelaki baik hati ini berbisik: “Kenapa istri saya goblok sekali?”.
Ini pun dijawab lembut: “Karena gobloklah dia pilih kamu, bila ia pintar akan pilih orang lain!”.
Selain para Nabi, orang suci & kekasih Tuhan, beginilah potret keseharian manusia, mau kelebihan tetapi tidak mau menerima apalagi mengakui kekurangan. Padahal, di mana ada kelebihan di sana ada kekurangan. Bila orang biasa serakah mau yang positif serta marah dengan yang negatif, orang bijaksana lain lagi. Mereka belajar untuk selalu tersenyum pada apa saja yang terjadi. Dalam bahasa analogis, ketidaksempurnaan manusia serupa dengan burung bersayap sebelah. Hanya bisa terbang bila berpelukan. Dan lebih mudah berpelukan bila kita belajar untuk tersenyum terutama pada kekurangan-kekurangan.
Seperti alam, siang indah karena ada malam. Matahari dan bintang bekerjasama menata rapinya cakrawala . Di siang hari matahari menerangi. Di malam hari, secara rapi bintang berbaris terang benderang. Seolah mereka sedang berbisik, “bekerja samalah saling melengkapi karena di sana letak rahasia kesempurnaan – hidup.”
Tweet